This is my official YouTube channel

Dapatkan informasi menarik terkait dengan dunia pendidikan terutama tentang dunia skripsi dan motivasi.

Selalu memberikan informasi yang bernilai positif

Kenali potensi yang ada pada dirimu dan teruslah mengembangkan diri hingga kau berada pada titik puncak.

Semoga hari anda selalu bahagia dan menyenangkan

Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan.

Hal yang besar tidak datang dari zona nyaman

Orang-orang sukses yang saya kenal adalah mereka yang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

Mimpi tidak berguna kecuali kamu mewujudkannya

Kesuksesan bukanlah sebuah kebetulan. Ia adalah kerja keras, ketekunan, belajar, berkorban, dan yang paling penting, mencintai apa yang kamu lakukan.

Senin, 26 September 2022

SDGs Good Practice

 Sustainable Development Goals are Part of the 2030 Agenda



Figure: SDGs Good Practice

The 2030 Agenda for Sustainable Development implementation is anchored in a spirit of strengthened global solidarity, focusing on the needs of the poorest and most vulnerable and with the participation of all countries, all stakeholders and all people.

In the six years since the adoption of this ambitious and universal framework, we have witnessed a tremendous mobilization of not only national governments but also of stakeholders from different sectors, including civil society organizations, the private sector, academia, local governments, international organizations, action communities and many others around the 2030 Agenda and the 17 Sustainable Development Goals (SDGs) that are at its core.

In 2021, the United Nations Department of Economic and Social Affairs (UN DESA) launched a second open call for SDG Good Practices, Success Stories and Lessons Learned by governments, the UN system entities and other stakeholders. More than 700 submissions were received and reviewed by an inter-agency team of UN experts, and over 460 have been made publicly available on a dedicated online platform.

The SDGs Good Practices platform serves as a knowledge-exchange hub of success stories and lessons learned in SDG implementation. Not only does the platform provide the ‘Who, What, When, Where, and Why?’ for each initiative, but it also offers a comprehensive look into relevant consultation processes; mechanisms for implementation; tried and tested solutions; and, most importantly, the means of scaling and replicating initiatives. This publication aims to highlight some outstanding examples from the second open call for SDG Good Practices, including insights into how partners have responded to the challenges presented by the COVID-19 pandemic while maintaining their commitment to SDG implementation.

In many instances, diverse actors have come together and formed partnerships to scale up the impact of initiatives. As a result, several SDG Good Practices report on the dividends of having united key actors from the outset of their initiatives. It also presents initiatives that have been scaled up from the local to the national level and showcase inspiring actions brought to scale at the regional level.

We hope that the SDGs Good Practices platform can inspire governments and other stakeholders worldwide to find innovative solutions to tackle SDG - related challenges and help facilitate peer learning and concrete partnerships.

The COVID-19 pandemic has highlighted many deeply rooted problems in our societies. To address them, we need to make major structural transformations and develop common solutions guided by the SDGs. Only by taking action at the global, regional, local and individual levels can we pursue a transformative recovery from the effects of COVID-19 and double down on our efforts to make the 2030 Agenda a reality for all.

For the book, you can download the link below:

Book SDGs Good Practice

Minggu, 25 September 2022

APTISI Dukung Penuh Penghapusan LAM PT Berbayar

LAM Perguruan Tinggi Seharusnya di Hapus - APTISI Dukung Penuh

Rumah Cerdas87 News - Pagi-pagi ketika saya scroll-scroll Youtube untuk mencari informasi menarik, tiba-tiba muncul satu video yang menarik di beranda youtube saya. Dalam video yang berdurasi kuarang lebih 7 menit, ketua APTSI yakni Prof. Budi Djatmiko mengajak seluruh dosen, mahasiswa, dan pimpinan perguruan tinggi swaste (PTS) untuk ikut bersama-sama menyuarakan penghapusan LAM berbayar. Berdasarkan penyataan dalam video tersebut, ketua APTISI mengatakan kalau APTISI dan yang lainnya sulit untuk bertemu dengan Menter Pendidikan saat ini yakni bapak Nadiem Makarim.

Secara garis besar, Prof. Budi Djatmiko akan menyuarakan beberapa tuntutan kepada Presiden Djoko Widodo dan Menteri Pendidikan Pak Nadiem untuk membubarkan LAM, membubarkan penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri, membubarkan uji kompetensi, memperbaiki tata kelola, pembahasan UU Sisdiknas, dan pelayanan penggabungan PTS. Seperti kita ketahui bersama bahwa selama masa pandemi covid 19, pendidikan di Indonesia sangat menurun dari segi pendapatan maupun jumlah mahasiswa baru yang mendaftar di PTS. Pelaksanaan LAM PT bagi PTS dianggap terlalu membebani keuangan PTS itu sendiri. Karena tidak semua PTS yang ada di Indonesia memiliki kemampuan keuangan yang baik untuk survive di era yang terus berkembang. Penurunan yang sangat drastis akan peminatan mahasiswa baru untuk melanjutkan studi di PTS menjadi faktor utama kenapa PTS sulit berkembang atau bertahan di masa pandemi covid 19. Jumlah penurunan mahasiswa baru di PTS mencapai 20 hingga 30 persen (berdasarkan sumber Universitas Yarsi). Seperti yang kita ketahui bahwa, suumber pamasukan keuangan PTS-PTS yang ada di Indonesia bersumber dari jumlah mahasiswa baru yang mendaftar pada PTS tersebut.

Hal yang paling menarik juga yaitu tentang pembubaran penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri yang selama ini diterapkan di perguruan tinggi negeri (PTN). Menurut Prof. Fasli Jalal, penerimaan mahasiswa melalui jalur mandiri pada PTN membuat gaduh bagi sebagian besar PTS yang ada di Indonesia. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap jumlah penerimaan mahasiswa baru di PTS-PTS. Saya kira Menteri Pendidikan paham betul akan situasi ini. Seharusnya Menteri Pendidikan mencarikan jalan keluar yang terbaik demi kemaslahatan bersama, sehingga PTN dan PTS bisa sejajar berdiri bersama ikut serta mengembangkan pendidikan di Indonesia. Saya merasakan betul terdapat perbedaan yang signifikan anatar PTN dan PTS yang ada di Indonesia. 


                                                   Foto: Seleksi masuk ke Perguruan Tinggi

Menurut sudut pandang saya PTN selalu the best jika di bandingkan dengan PTS. Hal ini karena budaya yang dibangun sejak lama sehingga masyarakat cenderung lebih percaya pendidikan di negeri dari pada di swasta. Permasalahan yang paling mendasar adalah ketidak terbukaan atau transparansi data penerimaan mahasiswa baru di PTN setiap tahunnya. Selain itu jadwal seleksi masuk ke PTN hendaknya berdekatan. Dengan demikian PTS bisa segera mengambil langkah dalam melakukan penerimaan mahasiswa baru.

Selama ini, PTS hanya bisa menunggu penerimaan mahasiswa baru selesai di PTN. Meskipun hanya segelintir PTS yang tidak memperdulikan akan hal tersebut, terutama PTS-PTS elit. Mayoritas PTS sulit bersaing dengan PTN secara langsung dalam hal penerimaan mahasiswa baru. Karena PTS menunggu limpahan calon mahasiswa baru dari PTN. Sebenarnya tanpa disadari PTS telah memberikan kesempatan yang besar ke mahasiswa untuk berlomba-lomba mendaftar di PTN dan PTS hanya bisa menunggu hasil seleksi mahasiswa baru di PTN selesai baru bisa bergerak mencari mahasiswa lebih leluasa. Bahkan dibeberapa kasus, mahasiswa yang sudah menadaftan di PTS dan sudah di nyatakan lulus tiba-tiba mengundurkan diri karena keterima di PTN. 

Disisi yang lain, Aptisi meminta pak Nadiem untuk lebih terbuka dalam membahas RUU Sisdiknas. Sehingga dapat diketahui bahwa apakah RUU Sisdiknas bisa memberikan kontribusi yang besar atau tidak terhadap pendidikan di Indonesia. Dikutip dari Kaldera News, Prof. Budi Djatmiko mengatakan bahwa selama Pak Nadiem menjadi Menteri tidak pernah mendengarkan keluhan rektor, dosen, guru dan mahasiswa. Kebanyakan Pak Nadiem hanya berbicara melalui video singkat yang kemudian di share di kanal Youtube. Oleh karena itu Prof. Budi Djatmiko mengajak semua kalangan pendidikan di PTS untuk ikut bersama melakukan aksi bersama di Jakarta pada tanggal 27-29 September 2022. 

Sabtu, 24 September 2022

Domestic Wastewater Treatment Using Vermivilter Combined With Canna Indica

Penulis: Joko Sutrisno, Indah Nurhayati, Muhammad Al Kholif, dan Dinda Rahmaniasari

Abstract:

Untreated domestic wastewater can pollute the aquatic ecosystem. Vermifilter integrated with the Canna indica plant is one of the technological alternatives that can be used to treat domestic wastewater. One of affecting the performance of vermifilters is the vermibed media. Aim: This study examines the effect of vermibed material on the concentration of COD, TP, DO, and the pH value of domestic wastewater treated with vermifilter combined with Canna indica plants. Methodology and Results: The research was conducted on a laboratory scale with a continuous system using a plastic reactor dimension of 59 x 38 x 29 cm, which is filled with sand filter media, coconut fiber, gravel, and vermibed. The vermibed reactor consists of 4 reactors, including reactor 1 (R1) vegetable vermibed, reactor 2 (R2) sawdust, reactor 3 (R3) banana peel, and reactor 4 (R4) cow dung. The results showed that at the end of the research, the best performance is shown by reactor R2 that able to decrease COD by 94.81%, TP by 92.07%, DO increase 320.00%, pH 6.30±0.10.  Vermibed sawdust (R2) can lower COD and TP and raise DO to treat domestic wastewater by combining vermifilter with the Canna indica plant. Conclusion, significance, and impact study:  Vermifilter with Canna indica plant is an effective wastewater treatment in reducing COD and TP and increasing DO and pH value. This treatment is easy processing of operation and maintenance, does not require large land, can be done individually, and is environmentally friendly.

Keywords: Canna indica; Vermifilter; Vermibed.

INTRODUCTION

The majority of domestic waste is discharged directly into sewers without treatment, so it is feared that it can cause pollution of rivers, lakes, and other surface waters (Va et al., 2018). Domestic waste includes organic substances, pathogenic bacteria, heavy metals, nitrogen, and phosphorus. Untreated domestic waste can pollute the aquatic ecosystem (Hamad, 2020; Nurhayati et al., 2019). Office building wastewater in one city contains Chemical Oxygen Demand (COD) 106 mg/L - 432 mg/L, Dissolved Oxygen (DO) 3.2 mg/L, and Total phosphate (TP) 3.66 mg/L (Va et al., 2018). Domestic waste treatment should use easy processing of operation and maintenance, does not require large land, can be done on an individual scale, and is environmentally friendly (Adugna et al., 2019; Samal et al., 2018b).

One alternative to treat domestic waste is to use vermifilters combined with aquatic plants. This technology is cost-efficient, and does not cause odors (Lourenço & Nunes, 2017), does not form sludge, is sustainable, is more efficient in degrading chemical and biological contaminants. (Samal et al., 2017b). Vermifilter produces vermicompost, useful as agricultural compost, and worm biomass as animal feed and fish (Bhat et al., 2020).

Vermifilter is a technology that combines the activity of earthworms and microbial to decompose waste (Kumar & Ghosh, 2019; Rustum et al., 2020). Earthworms encourage an increasing number of microbes in the vermifilter reactor (Samal et al., 2017) that will decompose organic substances, solids, heavy metals by eating, absorbed through the skin of walls, and decomposed by worms (Patil & Munavalli, 2018; Singh et al., 2019). The incorporation of vermifilter with aquatic plants can increase the degrading of organic substances. Plants’ roots can be overgrown with microbes (Samal et al., 2018a).


Link journal: 

Jumat, 23 September 2022

Pentingnya Memahami Sistematika Penulisan Artikel

Menulis bukanlah hanya sebagai pemenuhan kebutuhan dalam dunia akademisi sebagai syarat lulus atau lain sebagainya. Tapi jauh lebih dalam, seorang peneliti atau penulis harus memahami struktur dalam sebuah artikel atau jurnal penelitian sehingga tulisannya bisa berkualitas. Sebenarnya masih terdapat banyak hal yang harus dipahami dalam menulis sebuah artikel ilmiah ini. Berikut ini sedikit tentang penjelasan dari struktur dalam sebuah artikel ilmiah:



Target: 5000 kata

Sistematika Artikel:

1. Judul: Contoh
Prinsip Etis Penggunaan AI di Dunia Akademik (hasil penelitian) 
Prinsip Kejujuran sebagai Prinsip Etis Penggunaan AI di Dunia Akademis (hasil penelitian – konkret)
Citeable:
  1. Singkat (lebih banyak rumpun ilmu yang relevan dengan tulisan kita).
  2. Cari inspirasi dari artikel yang sudah banyak dikutip.
  3. Tunjukkan naskah sesuai dengan focus dan scope jurnal
 2. Abstrak (200 kata)
Abstrak berisikan tentang:
a. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan artificial intellegence dari sudut pandang etika atau filsafat moral.
b. Urgensi masalah
Penggunaan AI mengancam integritas dunia pendidikan secara global.
c. Metode
Pendekatan kualitatif, dengan mewawancarai beberapa pelaku pendidikan dan mereview beberapa hasil penelitian tentang dampak AI di dunia pendidikan.
d. Hasil Penelitian
Penggunaan AI di dunia pendidikan dapat dikatakan etis sejauh memenuhi prinsip etika deontologi, yaitu kejujuran.
e. Kata Kunci
Etika, artificial intellegence, pendidikan, deontologi, kejujuran

3.  Pendahuluan/Introduction (1000 kata)
Pendahuluan/introduction berisikan tentang
a. Urgensi masalah (buka dengan kalimat spektakuler)
Selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid 19, perilaku plagiarisme di kalangan mahasiswa meningkat hingga 60% (dukung dengan data). Hal ini terungkap dari penelitian Reno Wikandaru yang dilakukan pada tahun 2021 terhadap mahasiswa di salah satu PTN besar di Indonesia
b. Apa bahaya jika masalah ini tidak diatasi?
Persoalan ini merupakan ancaman terhadap integritas akademik. Apabila tidak diatasi maka kualitas pendidikan juga akan semakin menurun.
c. Adakah penelitian yang sudah berusaha mengatasi masalah ini? Siapa saja?
1. Penelitiannya tahun 2018 memfokuskan pada penggunaan software untuk mengindari plagiarism
2. Dillak mengembangkan algoritme pendeteksi plagiarisme
3. Amilia menulis beberapa strategi pencegahan plagiarisme
4. Hermawan menulis tentang peran dosen untuk mencegah plagiarisme
d. Apa kekurangan dari penelitian tersebut?
Kekurangan dari penelitian tersebut adalah melupakan satu aspek yang penting dalam praktek plagiarisme, yaitu aspek moralitas. (karena) strategi apapun jika moralitasnya masih rendah maka akan terus berpotensi untuk terjadi.  Sebaliknya, jika moralitas sudah tinggi, maka tidak perlu piranti juga akan terhindar dari plagiarisme.
e. Tujuan penelitian ini apa?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku plagiarisme dari sudut pandang etika atau filsafat moral.
f. Relevansi dengan persoalan?
Kesadaran moral di kalangan sivitas akademika meningkat sehingga dengan sendirinya integritas akademik akan semakin meningkat.

4. Literature Review (800 kata)
a.     Etika (250)
b.     Artificial intelligence (300)
c.     Pendidikan (250)

5. Metode/Methods (400 kata)
a. Pendekatan: kuantitatif/kualitatif/mixed methods
b. Subjek penelitian: mahasiswa/dosen
c. Teknik: wawancara, kuesioner, FGD
d. Sampling: random
e. Waktu penelitian: januari – april 2021
f.  Analisis: Miles & Huberman

6. Hasil dan Pembahasan (2300 kata)
Point 1.
a. P (Poin) tesis/pernyataan
Penggunaan Artificial Intellegence di dunia akademis bertentangan dengan prinsip-prinsip moral etika deontologi.
b. R (Reasons)
karena) penggunaan AI bertentangan dengan prinsip kewajiban sebagai standar moral tertinggi untuk menilai baik buruknya sikap atau perilaku manusia.
c. E (Examples)
1. Penggunaan AI berupa parafrase otomatis bertentangan dengan ajaran moral kejujuran yang menjadi ide utama dari aliran etika deontologi.
2. Perjokian yaitu praktek kebohonan dalam mengerjakan artikel juga bertentangan dengan prinsip kejujuran di teori etika deontologi.
3. Display data: wawancara, buku, jurnal, FGD, kuesioner, dsb.
d. C (conclusion): Mengindikasikan apa? Dan Langkah berikutnya apa?
Penggunaan artificial intellegence di dunia pendidikan oleh karenanya perlu didukung dengan regulasi dan edukasi di kalangan para penggunanya.
7.  Simpulan (300 kata)
a. Jawaban dari pertanyaan penelitian: Penggunaan AI di dunia pendidikan dapat dikatakan etis sejauh memenuhi beberapa prinsip. Prinsip tersebut adalah prinsip yang diambil dari teori etika deontologi, yaitu prinsip kejujuran.
b. Rekomendasi/Relevansi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi model untuk merumuskan kebijakan terkait penggunaan AI di dunia akademis secara global.
 
Penggunaan AI di dunia Akademik: Sebuah Analisis Etika (proses penelitian)