LAM Perguruan Tinggi Seharusnya di Hapus - APTISI Dukung Penuh
Rumah Cerdas87 News - Pagi-pagi ketika saya scroll-scroll Youtube untuk mencari informasi menarik, tiba-tiba muncul satu video yang menarik di beranda youtube saya. Dalam video yang berdurasi kuarang lebih 7 menit, ketua APTSI yakni Prof. Budi Djatmiko mengajak seluruh dosen, mahasiswa, dan pimpinan perguruan tinggi swaste (PTS) untuk ikut bersama-sama menyuarakan penghapusan LAM berbayar. Berdasarkan penyataan dalam video tersebut, ketua APTISI mengatakan kalau APTISI dan yang lainnya sulit untuk bertemu dengan Menter Pendidikan saat ini yakni bapak Nadiem Makarim.
Secara garis besar, Prof. Budi Djatmiko akan menyuarakan beberapa tuntutan kepada Presiden Djoko Widodo dan Menteri Pendidikan Pak Nadiem untuk membubarkan LAM, membubarkan penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri, membubarkan uji kompetensi, memperbaiki tata kelola, pembahasan UU Sisdiknas, dan pelayanan penggabungan PTS. Seperti kita ketahui bersama bahwa selama masa pandemi covid 19, pendidikan di Indonesia sangat menurun dari segi pendapatan maupun jumlah mahasiswa baru yang mendaftar di PTS. Pelaksanaan LAM PT bagi PTS dianggap terlalu membebani keuangan PTS itu sendiri. Karena tidak semua PTS yang ada di Indonesia memiliki kemampuan keuangan yang baik untuk survive di era yang terus berkembang. Penurunan yang sangat drastis akan peminatan mahasiswa baru untuk melanjutkan studi di PTS menjadi faktor utama kenapa PTS sulit berkembang atau bertahan di masa pandemi covid 19. Jumlah penurunan mahasiswa baru di PTS mencapai 20 hingga 30 persen (berdasarkan sumber Universitas Yarsi). Seperti yang kita ketahui bahwa, suumber pamasukan keuangan PTS-PTS yang ada di Indonesia bersumber dari jumlah mahasiswa baru yang mendaftar pada PTS tersebut.
Hal yang paling menarik juga yaitu tentang pembubaran penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri yang selama ini diterapkan di perguruan tinggi negeri (PTN). Menurut Prof. Fasli Jalal, penerimaan mahasiswa melalui jalur mandiri pada PTN membuat gaduh bagi sebagian besar PTS yang ada di Indonesia. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap jumlah penerimaan mahasiswa baru di PTS-PTS. Saya kira Menteri Pendidikan paham betul akan situasi ini. Seharusnya Menteri Pendidikan mencarikan jalan keluar yang terbaik demi kemaslahatan bersama, sehingga PTN dan PTS bisa sejajar berdiri bersama ikut serta mengembangkan pendidikan di Indonesia. Saya merasakan betul terdapat perbedaan yang signifikan anatar PTN dan PTS yang ada di Indonesia.
Foto: Seleksi masuk ke Perguruan Tinggi
Menurut sudut pandang saya PTN selalu the best jika di bandingkan dengan PTS. Hal ini karena budaya yang dibangun sejak lama sehingga masyarakat cenderung lebih percaya pendidikan di negeri dari pada di swasta. Permasalahan yang paling mendasar adalah ketidak terbukaan atau transparansi data penerimaan mahasiswa baru di PTN setiap tahunnya. Selain itu jadwal seleksi masuk ke PTN hendaknya berdekatan. Dengan demikian PTS bisa segera mengambil langkah dalam melakukan penerimaan mahasiswa baru.
Selama ini, PTS hanya bisa menunggu penerimaan mahasiswa baru selesai di PTN. Meskipun hanya segelintir PTS yang tidak memperdulikan akan hal tersebut, terutama PTS-PTS elit. Mayoritas PTS sulit bersaing dengan PTN secara langsung dalam hal penerimaan mahasiswa baru. Karena PTS menunggu limpahan calon mahasiswa baru dari PTN. Sebenarnya tanpa disadari PTS telah memberikan kesempatan yang besar ke mahasiswa untuk berlomba-lomba mendaftar di PTN dan PTS hanya bisa menunggu hasil seleksi mahasiswa baru di PTN selesai baru bisa bergerak mencari mahasiswa lebih leluasa. Bahkan dibeberapa kasus, mahasiswa yang sudah menadaftan di PTS dan sudah di nyatakan lulus tiba-tiba mengundurkan diri karena keterima di PTN.
Disisi yang lain, Aptisi meminta pak Nadiem untuk lebih terbuka dalam membahas RUU Sisdiknas. Sehingga dapat diketahui bahwa apakah RUU Sisdiknas bisa memberikan kontribusi yang besar atau tidak terhadap pendidikan di Indonesia. Dikutip dari Kaldera News, Prof. Budi Djatmiko mengatakan bahwa selama Pak Nadiem menjadi Menteri tidak pernah mendengarkan keluhan rektor, dosen, guru dan mahasiswa. Kebanyakan Pak Nadiem hanya berbicara melalui video singkat yang kemudian di share di kanal Youtube. Oleh karena itu Prof. Budi Djatmiko mengajak semua kalangan pendidikan di PTS untuk ikut bersama melakukan aksi bersama di Jakarta pada tanggal 27-29 September 2022.
0 comments:
Posting Komentar